Andra Alodita adalah
seorang beauty, travel dan lifestyle blogger yang
cukup berpengaruh di Indonesia dan rutin membagikan tips-tips seputar gaya
hidup kepada 254.000 followernya di Instagram. Tidak disangka-sangka, Ia juga
menggemari belanja pakaian bekas atau biasa disebut secondhand shopping,
dan tentunya membagikan ceritanya melalui tagar #AloThriftPicks. Seperti apa
cerita Alodita saat melakukan thrifting? Jelujur berkesempatan
untuk berbincang-bincang dengan Ibu satu anak ini dari mulai dorongan pribadi,
tips yang ia bagikan, dan opininya tentang kebersihan pakaian yang menjadi
masalah bagi sebagian orang.
Apa yang mendorong Alodita untuk melakukan Thrifting atau Secondhand
Shopping?
Awalnya aku suka thrifting dari
jaman kuliah karena kan pada saat itu uang pas-pasan, tapi pengen punya baju
yang lucu-lucu. Sejak tahun 2008 sampai 2010 local brand kemudian
menjamur di Jakarta, dan aku putuskan untuk mulai beli local product aja
karena mau support designer dan brand local. Makin
ke sini makin banyak brand baru, cari baju juga gampang. Dari
yang murah sampai designer pieces, beli di mana aja
juga gampang, dari mulai lewat e-commerce sampai online
shop, ga perlu keluar rumah.
Lalu aku jadi sadar, kok banyak banget ya
baju-baju yang aku beli karena laper mata tapi ternyata pas udah dipake tiga
sampai enam bulan itu cepet belel.
Di lain sisi, suamiku itu setiap ke luar kota
atau luar negeri seperti Jepang gitu dia selalu cari thrift store atau
toko barang-barang vintage. Aku pikir-pikir lagi, apa perlu,
sih, thrifting? Karena kebanyakan barang-barang yang aku punyai itu
produk fast fashion. Februari tahun ini, aku
belajar gimana industri fast fashion itu jadi penyumbang
sampah dan polutan terbesar kedua di Dunia. Sehabis pulang dari Jepang di Bulan
Maret, aku putuskan untuk beli baju second atau preloved lagi.
Ternyata setelah aku jalanin sekitar enam bulan
ini, thrifting itu seru banget! Selain kita kasih nyawa kedua
ke baju yang udah ga disukai pemiliknya lagi, aku mendapatkan keseruan
mendapatkan ‘unique pieces’ yang beberapa adalah buatan desainer dengan harga
tinggi yang bisa aku dapatkan dengan harga yang terjangkau.
Alasan lain kenapa aku memutuskan untuk
thrifting adalah aku mencoba untuk lebih peduli pada lingkungan. Selain thrifting aku
juga berusaha encourage teman-teman yang punya clothing
line untuk mulai mempertimbangkan sustainability. Aku
kepingin apa yang aku kerjain ini bisa berpengaruh dan memberikan impact ke
orang-orang yang berkarya di bidang fashion.
Tips-nya biar kegiatan thrifting nyaman
dan bisa dapetin apa yang dicari?
Sekarang aku lebih sering beli pakaian secondhand lewat online,
seperti di tinkerlust atau huntstreet. Aku berusaha kalau mau beli sesuatu
selalu di-add to cart dulu, setelah itu aku pikir-pikir lagi:
beneran suka gak ya? Akan aku pakai atau engga? Akan berguna ga? Jangan-jangan
cuma laper mata? Sebenarnya sekarang, kalo lagi cari-cari tapi ga dapet
aku juga ga sedih. Dulu aku merasa FOMO, fear of missing out,
setiap kali engga jadi belanja. Sekarang aku berpikir, yaudah gapapa sih kalau
ga beli apa-apa.
Di mana biasanya melakukan Thrifting?
Selain di tinkerlust dan huntstreet, biasanya
aku belanja secondhand di garage sale yang
diadakan oleh teman-teman influencer. Kalau lagi ke luar negeri aku
mampir ke toko-toko yang memang menjual barang-barang secondhand,
biasanya cukup variatif dan barangnya lucu-lucu. Contohnya seperti Fujiyama di
Penang, Shimokitazawa di Jepang, dan di daerah Fitzroy waktu ke Melbourne.
Banyak yang belum mau beli secondhand
clothes karena alasan kesehatan dan higienitas seperti bersih atau
engga. Gimana tanggapannya untuk kondisi seperti ini?
Sekarang di pasaran udah banyak cairan pembersih
pakaian dan rata-rata anti bakteri. Sejauh ini toko secondhand yang
pernah aku datangi atau belanja di situ, semuanya menjaga kualitas barangnya.
Ga ada yang bau apek, bau gudang atau bau debu. Intinya, cari thrift
store yang menjaga kualitas barang dan kebersihan juga, misalnya
diuap, dibersihkan, disemprot cairan agar engga bau.
Menurut Alodita, jual beli pakaian bekas di
Indonesia ini sekarang dalam kondisi seperti apa, dan apa harapan ke depannya?
Menurutku sekarang orang-orang udah
semakin aware. Apalagi dengan adanya tinkerlust atau
huntstreet, di mana tersedia barang secondhand dari yang
biasa, local brand, sampai yang branded. Menurutku,
kemungkinan dalam dua sampai lima tahun ke depan akan banyak orang yang membuat
toko-toko secondhand atau thrift store gitu.
Aku rasa akan lumayan banyak peminatnya, karena orang udah banyak yang gak malu
beli pakaian bekas lagi. Dari sekian orang yang aku tanya, mereka ga ragu
untuk thrifting karena dengan ini mereka bisa dapat harga yang
terjangkau, unique pieces yang ga sama dengan orang lain, dan
berusaha menyelamatkan bumi sebisanya sesuai kemampuannya masing-masing.
0 Komentar