Berbicara tentang online secondhand-shopping di Indonesia, kebanyakan dari kita pasti akan langsung berpikir tentang Tinkerlust. Sebagai pioneer online marketplace yang menjual barang-barang fesyen bekas-pakai, Tinkerlust terus berusaha mewujudkan komitmen mereka pada sustainability dengan meluncurkan Tinkerjoy (online rental-subscription) pada JFW lalu.
Jelujur berkesempatan untuk berbicang-bincang dengan Aliya Amitra, Co-founder dan Chief Operating Officer Tinkerlust, tentang usaha yang ia rintis bersama rekannya, Samira Shihab.
Hai Aliya, Boleh diceritakan bagaimana
cerita awal inisiasi Tinkerlust?
Tinkerlust didirikan pada
tahun 2016, oleh saya dan rekan saya, Samira Shihab. Berawal dari pengalaman
pribadi, seringkali kita menemukan masalah atas barang-barang yang sudah tidak
dipakai lagi namun masih bagus kondisinya dan akirnya barang2 tersebut stay di lemari baju. Permasalahan ini
bukan hanya kami saja yang mengalaminya namun kebanyakan dari wanita. Maka dari
itu saya dan rekan saya mendirikan Tinkerlust untuk memberikan solusi, dengan
menyediakan platform untuk berjual-beli
barang-barang second hand. Selain itu
kami juga menyadari bahwa marketplace
untuk preloved ini dapat
berkontribusi terhadap sustainable
fashion.
Siapa
target market yang disasar oleh Tinkerlust?
Target
demography dari
Tinkerlust adalah wanita dalam range
umur 22-40 tahun, tech savvy yang
memiliki background dan kesibukan
yang cukup beragam dari ibu rumah tangga muda hingga wanita karir. Selain itu,
Tinkerlust juga menargetkan wanita yang menyukai belanja preloved items namun memperhatikan brand dengan kualitas yang baik tapi juga dengan harga yang affordable.
Tinkerlust juga hadir untuk
memberikan solusi bagi wanita yang memiliki barang yang sudah tidak dipakai
lagi, untuk dapat dijual melalui website
kami.
Adakah
komitmen pada sustainability?
Bagaimana perwujudannya?
Salah satu misi dari
Tinkerlust adalah mengajak penikmat fashion di Indonesia untuk berbelanja dengan cara
yang lebih sustainable (berkelanjutan).
Bentuk perwujudannya adalah Tinkerlust sebagai online marketplace, menyediakan platform
yang memudahkan pelanggannya untuk berjual beli barang preloved/ second-hand items,
sehingga barang-barang tersebut tidak terbuang, dan masih bisa memiliki value yang cukup baik. Dengan cara ini
kami berharap untuk dapat berkontribusi dalam mengurangi limbah fashion yang
belakangan ini sedang marak dibicarakan.
Selain itu, pada kesempatan Jakarta
Fashion Week atau JFW tahun ini, Tinkerlust diberikan kesempatan untuk menjadi
salah satu sponsor dan berkolaborasi dengan 3 label lokal untuk mengadakan fashion show bertajuk “A Story of Second
Chances”, terinspirasi dari upcycling
barang-barang yang sudah tidak terpakai.
Program
tinkerlust yg terkini, apa saja?
Tinkerlust terus
mengembangkan bisnisnya terutama dalam hal yang berkaitan dengan sustainability. Di dalam kesempatan talkshow JFW kemarin, Tinkerlust baru
saja meluncurkan fitur terbarunya yaitu Tinkerjoy, yang merupakan rental baju
berbasis subscription/ berlangganan. Layanan
ini dilengkapi oleh personal stylist
untuk masing-masing customer yang
akan menata gaya mereka sesuai dengan seleranya masing-masing.
Satu lagi, Tinkerlust sedang mengadakan
loyalty program (Tinkerclub) untuk pembeli
setia, para anggotanya nanti akan disebut dengan “Tinkerbabe.” Program ini diperuntukan untuk para customer yang setia berbelanja di Tinkerlust
selama ini, mereka nantinya akan dapat special
reward seperti additional discount,
akses spesial ke event-event Tinkerlust, dsb. Di bulan November kita juga akan
ada event pertama bersama dengan Tinkerbabe ini.
Struggles
yg dihadapi?
Belum semua orang familiar
dan mau membeli pakaian atau barang2
bekas lainnya, salah satu faktornya adalah karena masih kurangnya
informasi mengenai dampak negatif yang dihasilkan oleh industri fashion untuk lingkungan, kesehatan
kita, dan juga para pekerja dari fashion
industry tersebut.
Bagaimana
cara mengubah stigma pembeli bahwa pakaian bekas= less hygiene?
Sebenarnya kembali lagi ke
individu masing-masing, namun apa yang bisa dilakukan dari pihak Tinkerlust
adalah mengkurasi setiap pakaian atau barang apapun yang datang ke warehouse kami. Kami memastikan bahwa
semuanya dalam kondisi yang sangat baik (perfect
condition) dari mulai baju hingga aksesoris, selain itu kami juga menjamin
keaslian dari barang tersebut.
Bagaimana cara tim tinkerlust
melakukan pendekatan pada public figure/
influencer?
Kami mencari seorang public figure yang memiliki visi dan
misi yang in-line dengan Tinkerlust,
hal ini sangat penting karena apa yang kita lakukan terbilang belum umum,
sehingga proses pendekatannya harus dengan seseorang yang juga sadar akan
pentingnya berbelanja yang lebih sustainable,
dan memang sudah berpengalaman dalam berjual beli preloved items, recycle, swapping clothes dan lain sebagainya.
Tentunya dari tim Tinkerlust
sendiri harus aktif melakukan research
dan analisa terlebih dahulu untuk melihat profile
dari public figure/ influencer itu sendiri, dari
segi engagement, reach sampai dengan
pengikut/ follower, harus sesuai
dengan target market Tinkerlust.
Bagaimana
antusias buyer dan seller dari tahun ke tahun?
Pastinya setiap tahunnya
untuk buyer dan seller selalu meningkat. Kenaikan pembelian juga meningkat skitar
20-30% untuk setiap bulannya. Ini juga karena masyarakan semakin sadar akan sustainable fashion dan juga kepercayaan
mereka terhadap service Tinkerlust
meningkat. Karena tidak seperti platform
penjualan fashion preloved lainnya,
Tinkerlust menjual ribuan brand berbeda dan Tinkerlust meng-kurasi dan
mem-filter barang2 itu semua, sehingga yang terjual di Tinkerlust hanya barang2
yang authentic dan berkualitas
tinggi. (/tna)
0 Komentar